Pages

Globalisasi dan bahaya pasar bebas


Siapa orang di dunia ini yang tidak mengenal kata globalisasi. Hampir semua orang, terutama yang mengenyam bangku pendidikan sudah mengetahui perihal globalisasi. Semakin cepatnya roda perputaran zaman maka memiliki konsekwensi logis yakni manusia juga harus mengikuti kecepatan derap zaman. Globalisasi saat ini seolah sudah menjadi virus yang menginfluence hampir seluruh warga dunia. Bahkan globalisasi pun sudah diajarkan sejak kita duduk di bangku sekolah. Terlihat ada upaya secara sistematis untuk melakukan penanaman nilai-nilai sejak awal agar nantinya seluruh penduduk dunia akan mengikuti ideologi ini.

Pertama kali yang perlu diingat adalah ideologi globalisasi merupakan ideologi yang diusung oleh kapitalisme dan imperialisme dunia. Mengapa mereka mengusung wacana globalisasi keseluruh dunia? Alasannya adalah mereka ingin mewujudkan pasar bebas dunia. Pasar bebas merupakan kondisi dimana perdagangan dilakukan tanpa batas, baik batas negara maupun batas seperti ketentuan negara. Melalui pasar bebas korporat-korporat besar dapat melebarkan sayap dagangnya ke seluruh dunia. Kondisi pasar bebas memungkinkan perusahaan besar menindas perusahan/negar kecil yang ekonominya lemah.

Mekanisme kompetitif hukum alam, bahwa yang kuatlah yang menang berlaku dalam pasar bebas. Negara mapan seperti negara yang tergabung dalam negara G8 tentunya akan mengalahkan negara miskin seperti indonesia. Dapat dibayangkan nantinya setiap butir beras yang kita makan bukan berasal dari sawah-sawah Indonesia melinkan dari negar lain seperti Thiland. Terlihat ada sebuah indikasi untuk mewujudkan kapitalisme global melalui paham globalisasi. Bahkan ada semacam doktrin bahwa globalisasi tidak dapat dihindarkan lagi. Sehingga mau-tidak mau setiap negara harus ikut dan siap berpartisipasi dalam arus globalisasi.

Berbagai lembaga telah dibentuk untuk ikut menyokong suksesnya penanaman nilai di negara-negara yang ada di dunia. Tujuan utamanya adalah negara-negara miskin yang menjadi konsumen utama negara-negara kaya. Lembaga internasional seperti PBB, WTO, IMF, dll dipersiapkan untuk memuluskan terciptanya kapitlisme global. Selayaknya kita mencermati wacana yang berkembang saat ini. Jangan sampai nantinya kita hanya ikut-ikutan trend untuk mengagungkan globalisasi. Selama ini yang terlihat hanyalah orang tidak paham secara komperhensif mengenai globalisasi. Globalisasi dianggap sebagai istilah keren yang mendunia. Haruskah kebodohan ini terus berlanjut?

Komputerku sayang, Komputerku malang

oleh wongbanyumas

Belakangan ini aku semakin pusing setelah handphone kesayanganku hilang. Aku bingung dengan apa yang sedang aku alami belakangan ini. Ternyata komputer kesayanganku juga "menghilang" dariku. Dua minggu yang lalu tepatnya ketika aku sedang mempersiapkan acara latihan kader di salah satu unit kegiatan mahasiswa di kampusku. Saat itu sebagai ketua paniti aku cukup pusing dan sibuk, apalagi saat itu aku harus mempersiapkan salh satu materi yang akan aku sampikan.

Naasnya sore itu aku mencoba untuk mengambil data di komputerku. Namun yang terjadi ternyata komputerku tidak mau hidup. Aku langsung menganalisa dan mencari sumber permasalahannya. Ternyata BIOS komputerku yang menjadi akar masalah. Maklum sebb selama ini di tempat kost ku komputer milikku harus kerja rodi. Paling sering terjadi adalah mati lampu alias anjlok.

wah wajar saja komputer saya semakin rentan dengan ancaman kerusakan. Sebab memang selama ini komputer tersebut "disiksa" dan kematian mendadak itu juga akibat kerusakan pada sistem elektroniknya. Kucoba untuk merestart BIOS nya tapi ternyata sia-sia. Yah aku hanya bisa berharap secepatnya untuk mendapatkan gantinya. Moga-moga aja bisa dapat ganti laptop.
Ami...n

Belajar dari pohon


Oleh wongbanyumas

Setiap hari aku melangkahkan kaki menuju kampusku dan mencoba untuk menuntut ilmu di sana. Kulewati trotoar di sepanjang jalan. Pandangan mata terus mencari objek yang dapat kuamati dan kujadikan bahan pelajaran. Akhirnya mataku tertuju pada objek yang selama ini terabaikan oleh banyak orang. Objek yang tidak pernah mendapatkan tempat di hati orang dan hanya menjadi pemandangan umum yang sudah terlalu biasa. Ya sebuah pohon besar.

Pohon besar yang memberikan sebuah inspirasi dan pelajaran bagiku dalam menghadapi kehidupan dunia yang sangat kejam ini. Perjalanan melalui trotoar tanpa kita sadari sudah melewati begitu banyak pepohonan. Namun selama ini kita belum sadar bahwa begitu banyak hikmah hidup yang dapt kita ambil dari sebatang pohon. Pohon besar seperti akasia, angsana, beringin, atau yang sedang populer yakni trembesi ternyata membawa begitu banyak pelajaran dan hikmah hidup bagi kita yang cermat dan peka terhadap ciptaan Allah SWT.

Ada beberapa pelajaran yang dapat saya ambil ketika sedang merenungi hikmah hidup dari pohon-pohon besar tersebut, antara lain :

1. pohon yang besar berasal dari sebutir biji yang sangat kecil.

Yah pelajaran pertama ini sangat penting bagi kita. Kita yang menginginkan menjadi “orang” harus banyak belajar dari sebatang pohon besar di pinggir jalan. Untuk menjadi sebesar itu sebatang pohon beringin berdiameter enam puluh inci tidak tiba-tiba menjadi besar. Tetapi pohon tersebut menjalani proses yang sangat panjang dan berliku. Paling penting adalah pohon sebesar itu pada awalnya hanyalah sebutir biji yang ukurannya tak lebih dari sebesar tahi lalat. Namun biji kecil tersebut dapat berkembang menjadi pohon yang sangat besar dan menghasilakan begitu banyak buah yang mengandung banyak biji kecil lain.

Perkembangan dari sebutir biji tidak dalam waktu yang singkat tetapi melewati proses panjang. Waktu yang sangat lama akhirnya “membentuk” pohon itu menjadi besar. Begitu banyak halangan dan rintangan yang dihadapi untuk menjadi sebesar sekarang. Hikmah yang dapat kita ambil adalah bahwa untuk menjadi “besar” kita harus melalui proses yang cukup panjang. Justru yang sering terjadi banyak orang yang memiliki orientasi hanya pada hasil dan bukan pada prosesnya. Walhasil ketika menghadapi kegagalan kita akan sakit hati yang luar biasa jika berorientasi pada hasil.

Budaya instan yang selama ini menggerogoti manusia indonesia sudah sangat parah dan kritis. Orang hanya berfikir bagaimana cara untuk mewujudkan suatu keinginan tanpa berfikir bagaimana cara memperolehnya dengan jalan yang benar. Seringkali jalan irasional sering ditempuh untuk mewujudkan keinginan mereka. Padahal jika kita mengorientasikan hidup kita pada prosesnya maka ketika akan mengalami kegagalan kita tidak akan merasakan sakit. Sebab sejak awal kita menginginkan untuk menjalani prosesnya. Begitupun ketika kita mencapai keberhasilan maka kita akan merasakan hal yang luar biasa menyenangkan. Kita akan memperoleh dua hal yakni ilmu dari proses tersebut dan keberhasilan yang kita genggam.

2. semakin tinggi pohon maka makin kencang pula angin yang menerpanya.

Mungkin kalimat ini sudah sangat familiar bagi kita yang sering menghadapi masalah dan curhat dengan orang lain. Orang lain sering menggambarkan bahwa kita harus sekuat pohon yang semakin tinggi pohon tersebut maka cobaan yang menerpa juga semakin besar. Menjadi masalah ketika banyak orang yang tidak tahan ketika menghadapi sebuah ujian dan cobaan. Mereka merasa ujian yang dihadapi menjadi semakin berat. Hal ini lumrah dan wajar jika menghadapi masalah.

Teman wanita saya yang paling bijak pernah berujar bahwa kita menghadapi ujian yang berbeda setiap harinya, dan ujian tersebut akan menjadi semakin berat karena memang kita telah melewati ujian sebelumnya. Karena kita berhasil melewati rintangan yang ringan mengakibatkan kita merasa berat ketika menghadapi masalah baru. Hal ini dapat dianalogikanseperti proses belajar kita di waktu sekolah dasar. Tingkat kesulitan soal antara anak kelas satu sekolah dasar dengan kelas tiga SMP sangat berbeda. Begitu pula dengan hidup kita yang harus melalui kelas dua, tiga, empat dan seterusnya barulah kita mencapai tahap yang kita tuju.

Paling penting dan harus diingat adalah ujian tidak akan pernah berhenti selama bumi masih berputar dan jantung kita masih berdegup. Pilihan kita hanya ada dua kala menghadapi masalah yakni sabar dan tidak sabar. Sabar di sini jangan diartikan sebagai definisi sabar sebagian orang. Sabar di sini bukan berarti diam saja tanpa melakukan apa-apa. Sabar juga dapat ditempuh dengan berusaha yang keras dan gigih setelah itu dilengkapi dengan doa dan ikhtiar pada Allah SWT.

3. tumbuh menjadi besar, kuat, dan berguna bagi kita meskipun diabaikan oleh manusia.

Seringkali kita merasa kesal ketika orang mengabaikan kita dan tidak memperhatikan kita. Hal ini lumrah dan wajar sebab manusia memang sebagai makhluk sosial dan membutuhkan perhatian dari sesamanya. Namun akan berdampak buruk bila kita terlalu berharap pada perhatian orang. Kita akan merasa kecewa ketika tidak ada memperhatikan kita. Layaknya sebuah pohon yang diam membisu kita juga harus memposisikan diri sedemikian rupa. Ketika manusia asyik dengan dunianya dan mengabaikan pohon itu sang pohon tetap tumbuh dan berkembang. Meskipun tidak diperhatikan namun pohon itu tetap tumbuh besar dan terus menaungi dan melindungi manusia kala panas dan hujan.

Belajar bijak dari sebuah pohon kita dapat mengambil intisari bahwa kita tidak selamanya harus tergantung dengan orang lain. Sejak awal kita sudah harus membangun kemandirian diri. Bergantung pada orang lain boleh saja namun jangan berlebihan, karena kita harus menggantungkan harapan kita hanya pada Allah Rabb alam semesta ini.

Patut dicermati bahwa pohon tersebut tidak pernah sakit hati dengan perlakuan manusia. Manusia masih diizinkan untuk berteduh dan mengambil ranting-rantingnya untuk kayu bakar. Inilah sikap yang seharusnya kita contoh dari pohon. Yang sering terjadi adalah kita “ngambek” dengan orang yang mengacuhkan kita. Kita menjadi tidak ramah dan cenderung memusuhi orang itu. Tetapi contohlah pohon yang terus menebarkan cinta dan kasih sayang kepada makhluk yang mungkin pernah menayakitinya.

4. memberikan perlindungan kepada makhluk lain.

Kita cermati setiap pagi ketika matahari baru keluar dari peraduannya dan memancarkan sinar temaram yang lembut di pagi hari. Kicauan burung yang keluar dari sarangnya untuk mencari makan menyadarkan kita. Burung kecil itu baru saja meninggalkan sarangnya yakni sebatang pohon tua yang besar. Pohon tua itu memberikan perlindungan secara Cuma-Cuma kepada burung kecil. Tanpa pernah berfikir bagaimana agar burung membalas budi kebaikan yang ditawarkan oleh si pohon tua. Pohon tua yang tetap terlihat kokoh di usia senjanya itu memberikan perlindungan bagi burung kecil besarta anak-anaknya yang masih lemah dan tidak mampu untuk terbang.

Bahkan yang luar biasa adalah pohon menawarkan makanan berupa serangga kayu yang sangat lezat dan bergizi bagi anak-anak burung. Tidak hanya burung ternyata begitu banyak makhluk hidup yang tinggal di sana atas kebaikan si pohon tua itu. Berbagai macam binatang mulai dari cicak, semut, laba-laba, serangga, lebah, ulat , sampai tupai dan bahkan kera sekalipun ternyata memiliki keterkaitan dan keterikatan dengan pohon. Satu hal yang patut dicermati adalah keikhlasan yang dicontohkan oleh si pohon tua yang tidak pernah mengharapkan balsan.

Lain lagi dengan manusia yang pola pikirnya sudah diracuni dengan pola pikir ekonomis. Bahkan ada adagium sesat “tidak akan ada makan siang gratis hari ini” yang membuat kita selalu berfikir tentang pamrih dan balasan. Cobalah untuk mencontoh pohon besar itu yang ikhlas membantu makhluk lain untuk tetap hidup. Ternyata tanpa mengharap balsanpun hewan tak berakal tersebut ternyata lebih pandai membalas budi dari pada manusia. Lebah turut membantu penyerbukan buah. Burung turut membantu membasmi serangga yang merusak pohon serta menyebarkan biji pohon ke daerah lain. Dan begitu banyak kebaikan yang dilakukan hewan yang ternyata lebih bisa membalas budi dari pada manusia yang dibekali akal fikiran.

5. memberikan manfaat bagi manusia ketika mati.

Kematian bukan akhir segalanya bagi manusia. Setelah kematian kita akan dihadapkan pada kehidupan yang baru. Bagi sebatng pohon demikian pula adanya. Kematian sebuah pohon ditandai dengan semakin banyaknya ranting yang berguguran. Namun kematian bagi sebuah pohon adalah sebagai awal kehidupan baru. Kehidupang yang mungkin belum pernah terbayngkn sebelumnya. Entah menjadi meja, kursi, atau menjadi kayu bakar yang habis oleh jilatan api. Namun satu hal yang patut dicermati bahwa kematian sebatang pohon di satu sisi selalu dihadapkan dengan kemanfaatan dilain sisi.

Belajar dari sebatang pohon tidaklah salah. Selama ini kita sering menganggap keberadaan mereka tidak ada. Akan tetapi jikalau kita cermati sebaik mungkin kita akan temukan rahasia sukses hidup dari sebatang pohon. Demikian hasil renungan saya ketika melihat barisan pepohonan di sepanjang trotoar jalan kampus.

Hape yang malang

Sore itu aku teringat kejadian yang sempat membuat aku terguncang. Setelah menghadiri forum silaturahim kaderisasi di halaman UPT pusat aku pergi bersama, kawanku bernama dian. Maklum karena saya orang yang suka bercnda dan kebetulan suk makan enak saya menggoda dian agar mentraktir saya. Ternyata dian menyanggupinya, namun sebelum makan beliau mengajak saya untuk menunaikan sholat maghrib di masjid nurul ulum. Setelah selesai kami langsung meluncur ke salah satu tempat makan yang cukup populer dan terkenal di daerah trotoar HR Bunyamin.

Entah apa penyebabnya perasaan saya menjadi tidak enak ketika akan ditraktir makan. say mencoba memaksa dian untuk membatalkan niatnya mentraktir saya. "akh ane pulang aja, ane ga enak ama ente" saya mengucapkan itu berkali-kali ke dian. Namun ia tetap memaksa saya. Akhirnya saya turuti apa permintaan dari Dian. Setelah memilih sepotong ayam bakar yang terlihat menggugah selera kami langsung "membantainya" hingga tersisa tulang belulang saja. Firasatku malam itu merasakan hal yang aneh.

Tapi aku menghiraukan perasaan tidak enak itu yang terus menyelimuti perasaan. Ternyata kekhawatiranku sejak awal terjawab. HP keasayangan yang ku beli dengan uang hasil keringat dan darah itu hilang tanpa jejak. Ironisnya itu terjadi setelah aku makan di warung tersebut. Ku tanya pelayan di warung tersebut. Tetapi ia menyatakan tidak melihat HP saya. Ah hancur hatiku...

Lalu dian menasihati saya dengan nasehat yang sangat bijak. "akh yasir antum sepertinya sebentar lagi akan naik kelas deh, antum sabar aja" ujarnya sambil membantu menenangkan hatiku yang sangat terpukul. Luar biasa ucapan itu langsung menyentak kalbuku yang paling dalam. Subhanallah sejauh inikah kecintaanku pada dunia? Terima kasih ya Allah engkau utus hambamu itu untuk mengingatkan aku akan kebesaran dan kuasamu.

Lonceng kematian trias politica

Oleh wongbanyumas

Perkembangan pesat dalam bidang ketatanegaraan di Indonesia mulai terjadi sejak terjadinya momentum reformasi. Setelah bebas dari pemerintahan tiran yang membelenggu selama lebih dari tiga puluh tahun bangsa ini seolah menemukan sebuah kebebasan yang lama didambakan setiap warga negara. Kebebasan yang dahulu dibayar mahal bahkan dengan darah dan nyawa kini sangat mudah diraih. Perubahan pemerintahan dari pemerintahan tiran menuju pemerintahan demokratis turut merubah struktur ketatanegaraan di Indonesia. Perubahan struktur ketatanegaraan ditandai dengan amandemen terhadap UUD 1945. UUD 45 sebagai sebuah dokumen konstitusi merupakan norma dasar (grund norm) bagi negara kita.

Perubahan terhadap UUD tentunya akan berdampak terhadap struktur ketatanegaraan negara kita. Pada dasarnya ketika terjadi perubahan terhadap UUD maka mempengaruhi beberapa lembaga negara yang dimungkinkan untuk bertambah ataupun berkurang bahkan bisa saja meniadakan semua lembaga negara dan dibentuk lembaga negara baru. Konsep ketatanegaraan modern saat ini banyak menganut sistem pemisahan kekuasaan (separation of power) yang dipopulerkan oleh montesqieu. Konsep yang dikenal dengan nama trias politica membagi kekuasaan pemerintahan menjadi tiga. Tiga kekuasaan itu antara lain eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Pertama, kekuasaan legislatif adalah cabang kekuasaan yang berfungsi dan bertugas untuk membuat peraturan perundang-undangan. Sebagai pembuat peraturan maka seorang legislator haruslah mempunyai tingkat kecerdasan dalam berfikir. Kecerdasan menjadi syarat bagi seorang legislator. Hal ini tak lepas dari tugas pokok seorang legislator yang memiliki implikasi yang luas terhadap kehidupan masyarakat. Ketika seorang legislator memiliki visi yang lugas maka akan melahirkan peraturan yang pro rakyat. Tidak hanya intelegensia, seorang legislator juga harus memiliki moral yang lurus dan baik.

Kedua, kekuasaan eksekutif adalah cabang kekuasaan yang menjalankan peraturan yang telah dibuat dan disusun oleh cabang kekuasaan legislatif. Eksekutif secara luas diartikan sebagai presiden beserta jajaran kabinetnya. Posisi eksekutif merupakan posisi penting karena merupakan pengambil keputusan tertinggi dalam pemerintahan. Rousseau menyatakan bahwa legislator adalah insinyur yang menemukan mesin, sedangkan eksekutif sebagai mekanik yang merakit dan mengoperasikannya. Harus ada sinkronisasi antara eksekutif dengan legislatif.

Ketiga, kekuasaan yudikatif merupakan cabang kekuasan yang berfungsi sebagai pengawas jalannya pemerintahan. Cabang kekuasaan ini diwujudkan melalui lembaga peradilan yang independen dan bebas dari segala bentuk intervensi. Yudikatif berperan ketika eksekutif melakukan pelanggaran terhadap perundang-undangan yang telah disusun oleh legislatif. Kekuasan yudikatif sebagai bentuk kekuasaan judicial yang berperang sebagai pihak yang menyelesaikan sengketa dan perkara terkait dengan undang-undang.

Ketiga kekuasaan tersebut secara ideal seharusnya melakukan sinergi sehingga akan menciptakan pemerintahan yang demokratis dan equal. Menurut penulis kurang tepat ketika kita memandang konsep trias politika sebagai konsep pemisahan kekuasaan. Hal ini dapat menimbulkan penafsiran yang berbahaya ketika masing-masing cabang kekuasan merasa mandiri dan dapat berubah menjadi superioritas antar lembaga. Pada akhirnya akan menciptakan absolutisme baru di tiap lembaga. Pada dasarnya konsep pemisahan kekuasaan yang dicetuskan ini sebagai sebuah upaya untuk mengurangi absolutisme raja di Prancis. Pada masa dark age kekuasan yang dimiliki raja sangatlah luas bahkan sampai memiliki kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan.

Akan lebih tepat jika kita menyebut konsep trias politica sebagai konsep pembagian kekuasaan (distribution of power). Kekuasaan yang ada tidak dipisahkan melainkan didistribusikan ke tiap-tiap cabang kekuasaan. Setiap cabang kekuasaan menjalankan tugas dan fungsi masing-masing tanpa harus menimbulkan absolutisme di tiap cabang. Seperti yang diberlakukan di Amerika, separation of power antara presiden, supreme court, dan senat.

Konsep trias politica saat ini dianggap sebagai konsep terbaik bagi negara demokrasi modern. Namun selayaknya hukum alam dalam dunia ilmu bahwa suatu saat teori yang sedang mapan saat ini harus diuji. Hanya ada dua kemungkinan, teori tersebut akan runtuh digantikan teori baru yang lebih mapan atau teori tetap bertahan sampai ada teori baru yang dapat menumbangkannya.

Dalam kehidupan bernegara saat ini jamak kita lihat di berbagai belahan dunia muncul lembaga-lembaga baru. Lembaga negara yang baru terbentuk tersebut biasanya berbentuk komisi. Lembaga negara yang berbentuk komisi ini sifatnya independen. Dikatakan sebagai lembaga negara karena mengambil pendapat ahli hukum yang menyatakan bahwa lembaga negara adalah setiap lembaga yang tercantum dalam UUD (konstitusi). Sampai dengan saat ini terdapat 12 komisi negara independen, antara lain :

1.Komisi yudisial (KY), berdasarkan pasal 24B UUD 1945 & UU No. 22/2004
2.Komisi pemilihan umum (KPU), berdasarkan pasal 22E UUD 1945 & UU No.12/2003
3.Komisi nasional hak asasi manusia (KOMNAS HAM), berdasarkan Keppres No 48/2001-UU No. 39/1999
4.Komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan, berdasarkan Keppres No. 181/1998
5.Komisi pengawas persaingan usaha (KPPU), berdasarkan UU No. 5/1999
6.Komisi ombudsman nasional, berdasarkan Keppres No. 44/2000
7.Komisi penyiaran indonesia (KPI), berdasarkan UU No. 32/2002
8.Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi (KPK), berdasarkan UU No. 30/2002
9.Komisi perlindungan anak (KPA), berdasarkan UU No. 23/2002 & Keppres No. 77/2003
10.Dewan pers, berdasarkan UU No. 40/1999
11.Dewan pendidikan, berdasarkan UU No. 20/2003
12.Pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan (PPATK), berdasarkan Keppres No. 81/2003

Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa komisi negara independen adalah organ negara yang independen (secara ideal) dan oleh karena itu berada di luar cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Namun justru mempunyai fungsi campur sari diantara ketiganya. Kita harus membedakan antara komisi negara biasa dengan komisi negara independen. Komisi negara biasa berada di bawah lingkup kekuasaan eksekutif. Sedangkan komisi negara independen tidak berada di lingkungan kekuasaan apapun dan sifatnya yang independen.

Melihat dari keadaan yang demikian dapat terlihat bahwa teori ini telah mati dan sudah tergantikan dengan teori baru. Bahkan menurut Dody Nur Andrian teori mati ketik lahir. Artinya tidak ad yng dapat mengimplementasikan teori ini dalm kehidupan kenegaraan.