Oleh
Wongbanyumas
Alhamdulillah
bulan juni rasanya begitu bahagia. Bagaimana tidak bahagia karena bulan ini
kami para pendidik untuk anak-anak Indonesia di Sabah, Malaysia akan berangkat.
Buat saya ini adalah penantian panjang yang melelahkan namun indah. Mengapa melelahkan?
Ya karena saya harus menunggu selama satu tahun sampai masa pemberangkatan saya
tiba. Saya lulus dari kampus saya awal tahun 2011. Saya sendiri masuk kuliah
tahun 2006, yang artinya saya menghabiskan waktu di kampus hampir selama lima
tahun. Waktu yang cukup lama menurut saya.
Selama
lima tahun sebenarnya saya tidak full kuliah juga sih. Sebab semua materi
kuliah sudah saya lahap habis sampai di semester ketujuh. Artinya dua semester
terakhir saya gak kuliah. Ngapaian aja ya selama dua semester? Kalau jawaban
secara yuridis normatif saya akan jawab NGERJAIN SKRIPSI. Tapi kalau saya jawab
secara empiris adalah menikmati masa akhir jadi mahasiswa alias banyakan
mainnya. Akhir masa study saya lebih banyak berkutat bermain dengan reptil dan
membangun komunitas dan jejaring pencinta reptil di wilayah purwokerto dan
sekitarnya.
Duh
kok jadi curhat gini ya? Hihihihi..
Maret
2011 saya resmi menyandang gelar SH alias sarjana hukum dengan spesialisasi di
bidang hukum ketatanegaraan. Dengan segenap prestasi akademik dan pengalaman
berorganisasi yang pas-pasan saya mencoba masuk ke dalam pasar kerja. Percobaan
pertama saya adalah mendaftar manajemen
trainee di salah satu bank swasta
terbesar. Saya pun lolos sampai seleksi tahap ke dua. Sayang ternyata bank ini
punya reputasi yang sangat tidak friendly
dengan orang islam dan nama muslim. Akhirnya saya tereliminasi saat melawan
calon pegawai putih pucat bermata sipit.
Kalau
kalian liat para joobseeker sangat mudah menemukan lowongan kerja di bank. Hal itu
lantaran bank adalah salah satu bidang pekerjaan yang arus keluar masuk
pegawainya cepat. Dengan kata lain banyak yg masuk dan banyak juga yang keluar.
Akhirnya saya memutuskan untuk tidak mengapply
job yang berasal dari bisnis
perbankan. Sebenarnya saya sudah di terima di salah satu bank swasta sebagai relationship manager kawasan jakarta
utara. Tapi sekali lagi hati ga bisa bohong dan saya secara sepihak mangkir
ketika waktu penandatanganan kontrak. Akhirnya saya harus menerima teror dari
HRD perusahaan tersebut. Jujur saya sampe trauma dengan nada dering di HP saya
lantaran HRD nya maksa banget menelpon saya sehari sampai lebih dari lima kali.
Idealisme
sisa penginggalan saya saat berstatus mahasiswa masih ada. Saya berpendapat
bahwa riba itu haram dan bekerja di tempat yang full riba juga haram. Akhirnya saya
luntang-lantung selama beberapa pekan. Ujung-ujungnya karena tidak menemukan
profile company yang sesuai untuk diapply
saya mengalami stress. Stress mengakibatkan saya mengalami disorder/kekacauan
penglihatan. Mata berkunang-kungan dan kalau berjalan rasanya limbung seperti
berada di atas black pearlnya kapten
Jack Sparrow.
Di
sinilah saya mulai menemukan sebuah makna hidup. Saya akui kemarin saya terlalu
sombong dengan bekal pas-pasan yang saya punya. Ilmu ikhlas, itu yang saya
pikirkan saat itu. Pasrah pada kehendak Allah dan segala rencanaNya. Implikasinya
adalah saya menjadi lebih realistis dan tidak ngoyo mengejar pekerjaan. Rupanya saya terlalu fokus mengejar
dunia, dunia, dan dunia. Pada fase ini saya berusaha mengembalikan frekwensi
hati agar tetap bisa mengimbangi aktifitas saya.
Rasanya
saya benar-benar mempasrahkan sepenuhnya kepada Allah swt tentang nasib saya
saat itu. Luar biasa sekali rupanya ibu saya tiba-tiba memberikan sebuah map
berisi beberapa kertas formulir. Saat saya lihat detil ternyata peluang
mengajar di negeri orang. Senangnya bukan main, apalagi saat melihat berapa
angka yang ditawarkan. Sempet ga yakin juga dengan pilihan karir di dunia
pendidikan kalau melihat latar belakang pendidikan saya di bidang hukum. Istilah
yang saya pakai ketika jadi jobseeker adalah iseng-iseng berhadiah untuk pekerjaan
yang saya apply tidak dengan sepenuh
hati. Kalau lolos ya syukur alhamdulillah dan kalau ga lolos ya sudah.
Namanya
juga iseng berhadiah, jadi tidak ada ekspektasi tinggi yang digantungkan. Karena
tidak ada ekspektasi yang digantungkan maka sebuah kegagalan menjadi hal yang
biasa saja. Justru di sini keajaiban bermulai ketika saat menjalani test
kompetitor saya 95% adalah anak kampus pendidikan. Rupanya rencana Allah itu ga
pandang bulu. Kalau ditakdirkan lolos ya lolos lah saya. Dan cerita itu saya
persingkat aja deh sampai akhirnya bulan juni ini saya akan berangkat ke
Malaysia. Hehehe..
selamat bung yasir, kibarkan bendera FH Unsoed di negeri orang..haha
BalasHapus