Oleh Wongbanyumas
Alkisah disebuah negeri yang makmur dan sejahtera hiduplah seorang raja yang dikenal sebagai raja yang adil dan bijak, Sulaiman namanya (versi lain king Solomon). Sulaiman adalah seorang raja sekaligus sebagai Nabi utusan Allah SWT. Sebagai seorang hamba Allah yang saleh Sulaiman selalu ingat kepada Allah kapan dan dimanapun ia berada. Kesadaran Sulaiman akan pengawasan Allah membuatnya bertindak berdasarkan aturan dalam agamaNya. Tidak hanya sebagai raja Sulaiman juga mempunyai tugas untuk memberikan putusan apabila terdapat sengketa diantara warganya. Tugas Sulaiman tersebut layaknya seorang hakim dalam pengadilan. Sulaiman terkenal sangat adil dalam memutus.
Di tempat lain hiduplah dua keluarga petani yang bertetangga. Keluarga ini sama memiliki anak bayi laki-laki yang masih berumur di bawah tiga tahu. Suatu ketika dua petani wanita dari dua keluarga tersebut pergi ke ladang mereka. Tak lupa anak mereka pun turut dibawa menuju ladang. Karena pekerjaan berladang maka dua bocah mungil tersebut ditempatkan dalam sebuah saung agar terhindar dari panas dan teriknya udara siang. Dua bocah mungil itu masih dalam balutan kain (bedongan) dan menggeliat-geliat.
Tanpa disadari oleh kedua wanita tersebut muncullah seekor harimau besar dari balik rimbunnya ilalang. Harimau tersebut memangsa salah satu bocah yang tidak berdaya tersebut. Tak ayal bocah malang tersebut menjadi menu santap siang sang raja rimba. Dua ibu tersebut masih asyik berladang dan tidak menyadari bahwa salah satu dari anak tersebut telah dimangsa oleh sang raja hutan.
Sampai pada akhirnya waktu istirahat siang tiba. Kedua ibu tersebut kaget dan heran melihat hanya ada satu bayi yang masih ada di saung. Mereka baru menyadari ternyata salha satunya telah dimangsa hariimau. Ibu yang bayinya telah dimangsa oleh harimau langsung mendakui bahwa anak yang berada di saung tersebut adalah anaknya. Seraya memeluk bayi yang bukan anaknya ibu tersebut berujar "ini anak ku, anak mu telah dimangsa oleh harimau". Tentu saja ibu asli bayi tersebut tidak dapat menerimanya karena memang itu adalah darah dagingnya.
Kedua terus memperebutkan anak tersebut dan diantara keduanya tidak ada pengertian dan mau mengalah. Hingga pada akhirnya mereka sepakat untuk mengajukan kasus ini kepada Sulaiman. Mereka pun menghadap kepada Sulaiman di istananya. Kedua ibu tersebut memohon kepada Sulaiman agar dapat memutus secara adil terhadap sengketa mereka. Singkat cerita kedua ibu tersebut menceritakan krono;ogis kejadian menurut versi masing-masing.
Sampai pada waktunya bagi sulaiman untuk memutus perkara ini. Sulaiman menanyakan keinginan para ibu yang bersengketa tersebut. Ternyata semua tetap kekeuh dengan pendiriannya agar bayi tersebut merupakan anaknya. Sulaiman yang bijak pun berfikir untuk memutus secara adil. Tiba-tiba ibu palsu berteriak kepada Sulaiman "wahai Sulaiman belah saja anak itu menjadi dua agar adil". Lalu ibu asli menjawab "jangan wahai rajaku, aku ikhlaskan anak ku agar dirawat oleh ibu itu". Ibu palsu tetap ngotot "belah saja bayi tersebut menjadi dua". Ibu asli bayi tersebut langsung menangis dan berujar "wahai Sulaiman ibu mana di dunia ini yang rela melihat anaknya dibunuh di depan mata".
Sejenak setelah mendengan pernyataan ibu asli, Sulaiman mendapatkan jawaban mengenai vonnis yang akan dijatuhkan. Sulaiman langsung memutus bahwa bayi tersebut harus diserahkan kepada ibu yang lebih memilih menyerahkan anak tersebut untuk dirawat ibu yang lain. Sedangkan ibu yang mengaku-ngaku anak tersebut mendapatkan hukuman karena telah melakukan kebohongan.
Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran mengenai bagaimana sikap seorang hakim dalam memutus perkara. Hakim yang baik dapat memutus berdasarkan pertimbaangan akal dan nurani. Logika yang bermain adalah logika hukum dan keadilan. Berbeda dengan logika peradilan yang mengedepankan logika amplop. Ya, amplop terbang (istilah populer untuk suap) sudah menjadi rahasia umum dalam sistem peradilan kita. Semakin tebal amplop maka kesempatan memenangkan perkara juga semaakin besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo ungkapkan pendapat kamu...