Pages

Polisi Diraja Malaysia Juga Suka Duit

Oleh Wongbanyumas

Sudah tiga hari saya berada di bandar sandakan. Terhitung sejak tanggal sebelas november. Kami para guru biasa menghabiskan liburan atau sekedar melepas penat di bandar. Tak seperti biasanya saya kembali ke ladang menggunakan bas mini. Ya saya selalu menggunakan jasa pirate menuju ladang. Hal paling menyebalkan di ladang adalah kamu harus jalan kaki atau bersabar menunggu lori limpas.
Jarak antara bandar sandakan dengan ladang saya cukup lumayan. Biasa ditempuh dengan jarak sekitar 180 km. Di tengah perjalanan biasanya akan selalu ada kegiatan checking. Polisi diraja malaysia akan menanyakan identitas diri anda. Kalau warganegara malaysia maka diminta menunjukkan MayCard (KTP nya malaysia). Sedangkan warga non malaysia diminta menunjukkan paspornya. Kalau tak ada paspor boleh juga surat jaminan dari majikan tempat bekerja.
Lalu bagaimana kalau tidak bisa menunjukkan identitas diri kita? Nah saya mengalami kejadian yang cukup menarik saat saya pulang dari bandar. Di dalam bas mini ada dua wanita cantik. Dari logat dan bahasanya mereka adalah orang philipina (pinoy). Yap di Sabah ini selain pekerja asal Indonesia juga banyak TKP alias tenaga kerja philipin. Nampaknya tidak akan terjadi sesuatu terhadap mereka saat ceckhing. Ternyata mereka berdua tak bisa menunjukkan paspor mereka.
Dua pinoy tadi hanya bisa menunjukkan selembar surat. Saya sendiri tak tau apa isinya dan saya hanya bisa berpraduga kalau itu adalah surat pernyataan dari majikan. Rupanya polis yang melakukan razia ini tak menerima surat tersebut. Polis itu cakap kedua pinoy tersebut sudah overstay. Si polis meminta mereka menelpon majikan agar sang majikan berbicara dengan polis. Tujuannya agar sang majikan mau mengantarkan paspor aseli mereka. Si pinoy ini sudah mulai nampak gelisah.
Dipencetnya tuts handphone dan bercakaplah dia dalam bahasa inggris dengan logat philipin "sorry sir.. bla.. bla..". Setelah sekitar lima menit menelpon dia segera menudahi telponnya.  Wajahnya nampak pucat dan badannya lunglai. Dia sampaikan ke polis bahwa majikannya tidak bisa membawakan paspornya. "Alamak mati dah kasian ni cewek berdua" gumam saya dalam hati.  Konsekwensi logis ketika tak bisa menunjukkan dokumen adalah diminta tinggal di posko. Ujungnya adalah masuk bui dan deportasi menanti di depan mata.
Padahal bulan ini lagi ramai orang meributkan buruh migran kita yang dirogol oleh polis malaysia di semenanjung sana. Duh saya jadi bayangin yang aneh-aneh soal nasib dua pinoy ini.
Untung saja dareba bas mini yang kami naiki cekatan. Dia langsung meminta uang sepuluh ringgit masing-masing kepada dua pinoy itu. Si sopir menuju posko polis cekpoin. Poskonya hanya sebuah mobil minibus berwana biru tua. Dari jendela bas saya hanya bisa memandangi sang dareba. Nampaknya ada deal-deal antara dareba dengan polis. Dareba kembali dengan tangan hampa. Rupanya polisnya meminta lima puluh ringgit perorang.
Duit lima puluh ringgit itu tidak sedikit lho. Setara dengan seratus lima puluh ribu rupiah kalau di kurs ke rupiah. Namun dari pada ditangkap PDRM ya lebih baik bayar sajalah. Dareba kembali melakukan nego dan lobi dengan polis, cukup lama. Akhirnya disepakati empat puluh ringgit untuk dua orang. Saya melihat dareba menyelipkan duit ke saku baju yang ada di jok mobil polis. Wow ternyata doyan suap juga nih PDRM.
Akhirnya kami melanjutkan kembali perjalanan kami. Usut punya usut yang bermasalah adalah salah satu cewek itu. Rupanya paspor yang dia punya sudah overstay. Hahaha padahal saya juga tak bawa paspor loh. Saya pun sudah overstay di Sabah ini. Namun berkat surat dari konsulat RI Tawau saya bisa melalui cekpoint dengan aman. 

1 komentar:

Ayo ungkapkan pendapat kamu...