Pages

Penjajahan atas gapura

Oleh wongbanyumas

Hari yang dinantikan oleh sebagian besar anak bangsa di bulan agustus ini hampir tiba. Tujuh belas, merupakan angka sakral bagi bangsa ini. Bangsa yang mengharapkan kemerdekaan dan kebebasan dari segala macam bentuk penjajahan dan ketertindasan. Tujuh belas agustus, setiap tahunnya bangsa ini memperingati hari proklamasi kemerdekaanya. Tujuh belas agustus tahun empat lima sang proklamator mengumandangkan teks proklamasi melalui radio. Putra sang fajar kini tingal kenangan. Semangat juang yang beliau tunjukkan demi kemerdekaan tumpah darah indonesia kini hilang tanpa jejak. Semangat anti penjajahan dan imperialisme yang beliau ajarkan kepada segenap anak bangsa kini telah musnah ditelan egoisme manusia indonesia.

Kemerdekaan pada dasarnya merupakan hak dari semua orang. Tiap orang berhak menikmati kebebasan yang dimilikinya. Dalam konteks demokrasi kebebasan bersifat mutlak namun kebebasan itu tidak boleh melanggar kebebasan orang lain. Orang lain jangan sampai terganggu dengan kebebasan yang kita miliki. Lain halnya dengan konsep islam, kebebasan dalam islam diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan As-sunnah. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, termasuk bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam mukadimah UUD 1945.

Namun apakah kita sudah merdeka seutuhnya? Mungkin pertanyaan itu terus mengelayut di benak anak bangsa yang memiliki sensitifitas dan responsibilitas yang tinggi. Kemerdekaan tidak hanya dinilai sebatas kemerdekaan secara tekstual dan historis saja. Selama ini kita sudah terlalu lama terlena dengan kemerdekaan semu yang ternyata malah membuat bangsa ini semakin terjajah. Kemerdekaan seharusnya dimaknai secara utuh baik dari artian harfiah maupun merdeka yang seseungguhnya.

Lihatlah sudah hampir enam puluh tiga tahun bangsa ini memperingati hari kemerdekaannya. Tetapi kita melihat bahwa kesejahteraan tak kunjung singgah di negara ini. Kemiskinan, kelaparan, kebodohan, ketertingalan dan segala macam prestasi miring mampir di negeri seribu pulau ini. Kemerdekaan jangan hanya dilihat merdeka dari penjajahan tentara dan serdadu asing belaka. Merdeka berarti harus mandiri dan tidak ada ketergantungan terhadap bangsa asing secara berlebihan. Kemerdekaan yang selama ini kita rayakan tidak pernah kita pahami dan sedari dulu momentum peringatan kemerdekaan hampir pasti selalu diisi dengan kegiatan yang hanya menghamburkan uang. Pesta rakyat, panggung dangdut, ataupun hiburan lainnya menjadi agenda tahunan di tanggal tujuh belas agustus.

Sadar dan bangkitlah dari mimpi indahmu wahai saudaraku. Sudah saatnya kita mandiri dan bebas dari belenggu kekuatan asing. Lihatlah sektor ekonomi, keuangan, industri, pendidikan, pertanian, pertambangan, serta sektor lain yang dikuasai oleh pihak asing. Indonesia sudah kehilangan kedaulatan di halaman rumahnya sendiri. Sangat memalukan memang, coba tengoklah negara seperti india dan cina yang mampu bangkit dari keterpurukan. Mereka saja bisa, mengapa kita tidak???

Bahkan dalam merayakan kemedekaan kita jua dijajah oleh kepentingan semata. Lihatlah gapura-gapura yang terpampang apik dan menarik di setiap lingkungan masyarakat. Setiap RW/RT berusaha menampilkan gapura yang sangat indah. Tapi coba dicermati secara perlahan. Kita melihat semangat dalam gapura itu adalah semangat memperoleh hadiah. Mulai dari perusahaan rokok, tv swasta, partai politik, hingga calon kepala daerah berusaha tampil eksis di gapura-gapura yang ada. Tengoklah gapura yang menarik di berbagai daerah di jakarta. Semarak warna-warni, lampu kerlap-kerlip, kalimat penggugah semangat ada dalam gapura tersebut. Tak lupa tersemat logo perusahaan ataupun gambar calon kepala daerah, bahkan doraemon pun kini hadir menghiasi semarak kemerdekaan.

Semangat menghiasi kemerdekaan kini tergantikan dengan semangat kompetisi dan semangat untuk mendapatkan uang. Semangat kemerdekaan kini telah tergadaikan oleh materi yan tidak seberapa banya jika dibandingkan dengan semangat dan hakikat dari kemerdekaan itu sendiri. Jangankan untuk merdeka dari penjajahan pemikiran asing. Untuk melepaskan penjajahan di gapura kemerdekaan saja sulit. Namun kita tidak boleh patah semangat melihat keadaan yang ada. Perubahan harus kita mulai dari diri kita sendiri....

1 komentar:

  1. lho, bukankah itu pertanda adanya kemerdekaan untuk saling bersaing? bukankah itu tanda kemerdekaan atas kreatafitas?
    ketika uang menjadi semacam stimulan, gw rasa itu tidak menjadi masalah. asalkan semuanya tetap sportif dan tidak mengganggu kepentingan orang lain.

    BalasHapus

Ayo ungkapkan pendapat kamu...