Pages

Piala dunia, bukan (hanya) tentang skill individu


Oleh Wongbanyumas
 
Tahun 2010 piala dunia kembali digelar. Hajatan akbar pecinta kulit bundar ini pertama kali digelar di benua hitam, tepatnya di negara Afrika Selatan. Sajian penuh atraksi dan trik mengolah kulit bundar ini akan berlangsung hampir satu bulan penuh. Setiap hari kita akan disuguhi suara dengungan terompet asal afrika yang memenuhi stadion. Para bintang duni berkumpul di tengah lapangan hijau sembari menikmati atmosfir keceriaan piala dunia. Tak ayal piala duni menjadi magnet hampir sebagian besar mata penjuru dunia khusunya para pria.

Dalam piala dunia kali ini negara peserta yang berasal dari lima benua akan bertarung memperebutkan piala jules rimet, lambang supremasi sepakbola sejagat. Piala bergilir yang sebelumnya digenggam Gli Azzuri Italia tersebut menjadi dambaan bagi setiap negara peserta. Sampai dengan saat ini Brazil tercatat terbanyak mengumpulkan piala berlapiskan emas tersebut. Negara pemilik liga terpanas di dunia seperti Premier League, Serie A, La liga hingga Bundes Liga bertarung mempertaruhkan nama baik mereka sebagai jawara dunia.

Di piala dunia ini banyak negara yang bertabur bintang. Nama-nama beken sekelas Ronaldo, Messi, Xavi, Kaka, Ribery, maupun Robben akan bersaing meskipun di klubnya mereka adalah teman. Ya inilah piala dunia beserta gegap gempitanya. Berbagai taktik dan strategi permainan juga disajikan lengkap mulai dari pertahanan grendel ala italia, jogo bonito ala brasil, tanggo ala argentina , sampai kick and rushnya inggris hadir di lapangan.

Sebuah tim yang berhak memperoleh gelar dunia harus mempunyai skill yang baik, stamina yang mumpuni, dan yang paling penting kerja tim yang solid. Skill individual yang mantap sekalipun belum bisa menjadi jaminan bagi sebuah tim untuk merengkuh jules rimet. Harus ada kerja sama dan pengertian dari semua pemain bahwa tujuan mereka adalah menang dan menjadi juara. Sebaik dan sehebat apapun seorang Messi tanpa ada dukungan dari rekan setimnya tentu tidak akan mampu memberikan kemenangan bagi Argentina.

Sepak bola memang menawarkan keindahan. Tak hanya rupa para pemain yang gagah dan atletis juga menampilkan kepiawaian mengolah si kulit bundar. Satu hal yang mungkin sulit dilupakan adalah keindahan kerja tim dalam mengejar misi kemenangan melawan musuh. Mungkin kita pernah melihat rekaman video tim Samba kala diperkuat Pele atau Jairzinho. Itulah jogo bonito, permainan cantik ala brazil yang sampai dengan saat ini sulit untuk kembali. Atau ingat ketika trisula Belanda Van Basten, Rijkaard, dan Ruud Gullit mengusung irama total football.

Sejarah sepakbola mencatat sebuah perjalanan fenomenal kala gelaran EURO 2004. Kala itu tim underdog Yunani mampu memboyong trophy ke negeri seribu dewa tersebut. Sebelumnya tidak ada yang memprediksi Karagounis dan kawan-kawan akan memenangkan turnamen tersebut. Uniknya pertandingan pembuka dan penutup menampilkan gelaran yang sama yakni Yunani versus Portugal. Jika dilihat komposisi pemain Yunani tidak ada yang istimewa. Rata-rata hanya bermain di klub papan tengah eropa. Namun apa resep mereka menjinakkan para jawara eropa? Jawabannya kerja tim.

Kerja tim bukan hanya tentang kekompakan antar pemain melainkan seluruh komponen tim seperti pelatih, manager, dan offisial tim. Semau harus menjinakkan egoisme dan ambisi pribadi demi kepentingan bersama yakni gelar jawara. Seorang pelatih harus bisa memahami anak asuhnya. Para pemain bukanlah bidak catur yang bisa digerakkan sesuka hati oleh pelatih. Para pemain adalah manusia yang memiliki hati dan perasaan. Hendaknya menempatkan diri sejajar dengan pemain. Semua punya derajat yang sama namun hanya berbeda tugas dan posisinya saja.

Bicara kerja tim tentunya harus pada fungsi dan tuga yang sesuai. Akan sangat lucu bila seorang David Villa ditempatkan pada posisi pemain bertahan atau kiper. Sehebat apapun pemain namun bila ditempatkan bukan pada posisi yang ia bisa maka akan berantakan. Begitu pula kerja tim harus bisa saling memahami antar pemain. Jangan sampai seorang striker mengedepankan egonya untuk mencetak gol hingga 'rela' membawa bola dari tengah lapangan sendirian. Padahal banyak teman yang menanti operan guna mengalirkan bola menuju jala lawan.

Inilah sepak bola indah. Tidak hanya menawarkan skill individual yang mumpuni melainkan juga membutuhkan serangkaian kekompakan dan saling pengertian. Dalam hajatan akbar kali ini kita semua berharap mendapatkan suguhan atraktif dari bintang lapangan hijau. Tak lupa sepak bola juga harus mengedepankan fair play dan sportifitas. Selamat menikmati hajatan akbar dari Afrika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo ungkapkan pendapat kamu...