Pages

Mejadi Guru Tidak Melulu Harus Pintar

Oleh Wongbanyumas

Banyak yang bilang bahwa pendidikan adalah salah satu sarana terpenting menuju kesuksesan. Tentunya akan sedikit orang yang bisa menyangkal pernyataan tersebut. Nyatanya memang semakin tinggi tingkat pendidikan seorang maka makin tinggi pula tingga keadabannya. Pola pikir progresif dan maju dibentuk melalui sebuah proses pendewasaan dan pembelajaran. Bukan lewat sebuah tahap instan seperti traiing yang mampu membangkitkan kekuatan otak tengah. Haha otak tengah itu palsu dan tipuan wahai sobat.

Sempeta membaca sebuah berita di Sumatera Barat. Lelaku seorang guru yang menurut saya sangat tidak pantas, bahkan kalau boleh saya akan menyebutnya cenderung biadab. Maaf klo diksi yang saya gunakan terkesan tidak sopan. Namun memang saya cukup mendidih membaca berita itu. Kisahnya seorang guru merasa marah terhadap beberapa siswanya. Apa pasal? Rupanya dia merasa tersungging eh tersinggung diledek siswanya.

Namun sebagai seorang pendidik dan pencerah guru biadab tadi memberikan sebuah hukuman spektakuler. Kalian tau al-qur’an bukan? Ya guru biadab itu menghukumi muridnya untuk menginjak kitab itu, guru bedebah.

Tidak ada yang menyangkal bahwa menjadi guru itu harus punya cukup ilmu atau dengan kata lain adalah pintar. Berkualitasnya seorang guru bukan hanya kerana perkara seberapa pinta dia dan seberapa mampu dia menjadikan muridnya pintar. Lebih dari itu guru yang baik adalah guru yang bisa menjadikan muridnya lebih beretika dan dimanusiakan. Dan bagaimana sang murid bisa menjadi manusia yang memiliki keadaban tinggi? Keteladanan adalah kuncinya.

Ya benar, keteladanan. Hal itu lebih efektif dari pada setumpuk teori dan berjam-jam ceramah. Bisa jadi tumpukan naskah tentang etika hanya jadi ongokan harta bagi para tukang barang bekas. Namun etika sesungguhnya nampak lebih elok dari mutiara.

Menjadi guru tak melulu harus cerdas. Guru harus punya etika dan sopan santun. Ada yang lebih penting dari hanya sekedar membuat sang anak didik pandai membaca, menulis, dan berhitung. Anak didik harus bisa bersopan santun. Itu kunci keberhasilan utama seorang manusia. Siapa yang meragukan Muhammad? Apakah beliau sekolah tinggi? Apakah beliau jebolan kampus ternama di jazirah arab? Tidak, bahkan membaca pun beliau tidak bisa. Namun apa yang membuatnya begitu mulia? Akhlaknya lah yang menjadikannya manusia mulia. Beliau mendapatkannya karena didik oleh orang-orang terkasihnya, aminah, halimah, dan abdul muthalib.

Kiranya sekalian kita selaku pendidik bisa lebih peduli terhadap anak kita dan etikanya. Selama seseorang memiliki perangai yang sopan dan santun ia akan lebih dihargai dari pada seorang yang cerdas cendikia namun arogan dan tak beretika.

1 komentar:

  1. Mantap ....

    saya sependapat, meski jangan juga melupakan modal ILMU.

    BalasHapus

Ayo ungkapkan pendapat kamu...