Pages

Menemukan Kebahagiaan

Oleh Wongbanyumas
Punya keinginan dalam waktu dekat ini? Misalnya ingin karir menanjak atau lancar jodoh? Jangan pergi ke dukun yah. Selain ga berguna datang ke dukun juga musyrik lho. Kalau kebanyakan masyarakat kita ketika ingin sesuatu yang instan menggunakan jalur supranatural (aneh). Ini bukan hal yang asing dikalangan masyarakat. Ada warung makan yang ingin dagangannya laris bukannya bikin makanan yang enak malah justru datang ke ‘si mbah’ dan minta azimat ini itu.

Seandainya tukang warung itu paham bahwa yang mendatangkan buyer itu adalah lezatnya masakan di warung. Pasti dia ga akan mengorbankan aqidahnya hanya sekedar mencari selembar azimat atau rapalan mantra-mantra.
Manusia punya fitrah selalu ingin bahagia. Kebahagiaan itu sendiri bisa datang sendiri atau diciptakan. Kebahagian yang datang sendiri selalu muncul tanpa direncanakana bahwa ia akan mengalami kebahagiaan itu. Misalnya adalah ketika kita memenangi grandprize sebuah mobil dari bank tempat kita manyimpan uang. Kita sama sekali tidak pernah merancang untuk merasakan kebahagiaan itu. Lain halnya dengan kebahagiaan yang direncanakan. Kebahagiaan ini lahir karena ada tekanan, dorongan, passion, dan motivasi dalam diri kita untuk mendapatkan kebahagiaan itu.
Kebahagiaan yang diciptakan memiliki efek yang lebih baik dari pada kebahagiaan yang muncul dengan sendirinya. Efek kebahagiaan terencana sangat panjang dan menentramkan hati yang merasakannya. Contoh kebahagiaan terencana adalah kebahagiaan kita kita berhasil membuat sebuah karya. Atau contoh lebih simplenya adalah kebahagiaan dari seorang ayah yang selalu bekerja setiap hari demi memenuhi kebutuhan anak dan istrinya di rumah. Kita semua tentu menginginkan kebahagiaan yang terencana bukan?
Ada banyak wujud kebahagiaan yang diinginkan oleh manusia. Kebahagian tersebut dibagi menjadi tiga garis besar yakni kekayaan, jabatan, dan keluarga. Tiga hal tersebut menjadi hal umum yang dikejar oleh manusia. Setiap orang menginginkan kehidupan keluarganya bahagia dan senang. Begitupula dengan jabatan dan kekayaannya yang ingin selalu mencukupi.
Lalu lantas bagaimanakah cara mendapatkan semua itu? Ya jawabnya adalah dengan bekerja keras. Kalau kita hanya duduk diam sambil bengong dan bermimpi apakah kebahagiaan akan datang menghampiri kita? Tentu saja kemungkinannya 1 berbanding 1000. Kebahagiaan itu perlu diusahakan oleh kita. Kita perlu mengoptimalkan potensi diri kita untuk mencapai kebahagiaan itu.
Setiap keringat kita insya Allah akan terbayar dengan nilai ibadah. Apakah kita ragu dengan apa yang kita kerjakan? Apakah kita berfikir apa yang kita usahakan sia-sia? Kalau anda berfikir demikian maka dengan senang hati saya akan mengucapkan selamat kepada anda. Ya selamat menikmati kesia-siaan hidup anda. Silahkan anda berdiam diri di rumah saja tidak usah berangkat sekolah ataupun bekerja mencari nafkah.
Kerja keras memang penting. Namun dibalik sebuah kerja keras ada faktor lain yang lebih menentukan yakni faktor A, yakni Allah swt. Sekuat dan sedahsyat apapun kerja kita namun Allah tidak meridhoi maka kita bisa lihat hasilnya yang mengecewakan. Lalu bagaimana kita mencari cara agar Allah ridho? Pertama, niatkan bahwa kerja keras kita bukan melulu soal harta. Niatkan dalam hati bahwa kita menghendaki keridhoan Allah atas kerja kita. Perkara kerja kita mendatangkan kebahagiaan atau tidak itu urusan nanti. Biar Allah yang memutuskan apakah kebahagiaan itu akan datang atau tidak.
Sering kali terjadi kita selalu mengeluh atau lebih cenderung mengumpat kepada tuhan. Ketika kalah atau gagal kita selalu berujar bahwa kerja kita sudah maksimal? Apa benar demikian? Sesungguhnya tidak demikian kalau kita bersikap bijak. Kadangkala ketidakbahagiaan itu sendiri adalah sebuah jalan yang tuhan tunjukkan agar kita bisa menuju kebahagiaan.
Kedua, bersedekahlah karena sedekah akan memancing rizki. Ya sedekah kita kita akan menjadi pemicu datangnya rizki yang banyak kepada kita. Mungkin ada yang menganggap rizki itu hanya sekedar uang. Alhasil ketika dia sudah dengan berat hati mensedekahkan hartanya dan tidak menemukan apa yang dia harapka dia malah mengumpat kepada tuhan. “Wahai tuhan saya sudah bersedekah seperti yang engkau dan nabimu anjurkan. Tapi di mana mobil yang aku minta? Di mana rumah yang aku minta? ”. Eits tunggu dulu sobat, rizki itu tidak terbatas kepada kenikmatan maal (harta). Rizki itu luas sekali dan tidak terukur secara pasti.
Ketika membaca tulisan ini apakah anda masih bernafas? Kalau masih bernafas maka ucapkanlah hamdalah karena ini adalah rizki yang tidak ternilai dari Allah swt. Kalau diongkoskan sehari kita bernafas bisa menghabiskan banyak tabung oksigen yang harganya mahal. Tapi apakah Allah swt mengirimkan tagihan kepada kita atas udara yang kita hirup? Tentu saja tidak. Itulah Maha Rahman dan RahimNya untuk kita. Rizki itu bukan melulu soal uang ataupun harta. Nafas yang kita hirup, sinar matahari yang menyentuh kulit kita, bekerjanya organ tubuh kita juga termasuk rizki dariNya. Hal ini yang sering tidak kita sadari selaku hamba yang kurang pandai bersyukur.
Dan tahukah pembaca sekalian? Nikmat rizki yang saya rasakan paling besar saat ini adalah kenikmatan menjadi seorang muslim dan mempunyai keluarga. Hal ini melebih rizki apapun yang pernah rasakan. Buat apa kita bergelimah harta yang banyak namun kita tidak punya orang-orag yang kita cintai atau kita tidak punya pegangan hidup. Hampa rasanya dan hidup seakan sudah tidak ada artinya lagi. Oleh karena itu marilah kita berfikir ulang tentang bagaimana orientasi hidup kita ke depannya. Mau kemanakah kita? Itulah pertanyaan yang jawabannya butuh rekonstruksi ulang dari pikiran kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo ungkapkan pendapat kamu...