Oleh
Wongbanyumas
The truly Asia, itulah slogan pariwisata yang digalakkan oleh
Malaysia. Negara yang berada di wilayah Asia Tenggara ini gencar sekali
melakukan promosi di bidang pariwisata. Malaysia ingin menampilkan Negara
sebagai icon wisata di wilayah Asia. Salah satu factor pendukung dalam bidang
pariwisata adalah adanya Bandar udara ataw airport
yang nyaman dan mudah diakses. Kisah saya kali ini akan menceritakan apa
yang saya rasakan dan saya alami di salah satu bandara terbaik di Asia yakni
KLIA (Kuala Lumpur International Airport).
Perjalanan ke luar negeri adalah pengalaman saya yang paling berharga
tahun ini. Alhamdulillah saya diberikan kesempatan oleh Allah swt untuk
menikmati berproses bersama dengan rekan-rekan pendidik di Malaysia. Ya saya
dikirimkan ke Sabah untuk mengajar anak-anak Indonesia yang berada di
lading-ladang kelapa sawit.
Perjalanan saya tempuh bersama rombongan melalui Bandara
Soekarno-Hatta (Soetta). Kami mengambil flight menuju KL lalu dari KL dilanjut
menuju Kota Kinabalu. Dari Kinabalu kami melanjutkan perjalanan menuju Tawau.
Sebelumnya saya ulangi ini adalah flight pertama saya. Jangankan ke luar
negeri, pergi ke kota lain di Indonesia dengan pesawat terbang pun belum
pernah. Ini menjadi salah satu sweet moment dalam perjalanan hidup saya.
Pertama kali menginjakkan kaki di Soetta impresi yang saya tangkap
cukup buruk. Saya pikir Soetta kurang layak sebagai sebuah bandara yang
mewakili Indonesaia. Tempatnya sangat kecil dan sempit. Selain itu
kebersihannya pun saya rasa sangat kurang memadai. Rasanya malu deh kalau liat
bandara ini. But tak apalah yang penting masih punya bandara.
Lain halnya dengan apa yang saya lihat di KLIA. Salah satu bandara
terbaik di Asia ini membuat saya terpukau sejak pertama kali menginjakkan kaki.
Nuansa bangunannya yang serba white menjadikan KLIA Nampak bersinar dan bersih.
Pemandangan kontras saya temukan di Soetta yang Nampak kumuh dan jadul. Saya
berada di KLIA untuk menunggu flight menuju KK. Selama menunggu waktu
keberangkatan saya menggunakan fasilitas wifi di sana.
Wow ternyata koneksi internet di KLIA benar-benar dahsyat. Maklumlah
saya memang terbatas selama ini mengakses internet. Senjata andalah saya
hanyalah sebuah modem unlimited
dengan kecepatan 128 kbps. Saya merasakan kenikmatan yang luar biasa saat
surfing dan download. Kalau tak salah kecepatan internetnya lebih dari 1 MBps.
Kalau buat teman-teman yang punya duit banyak dan bias beli koneksi mungkin hal
itu biasa saja. Bagi saya itu adalah hal yang special, maklum saya memang
terbatas kemampuannya.
Ada satu hal yang membuat saya malu ketika berada di KLIA. Pada
dasarnya saya tidak secara langsung dipermalukan. Sebenarnya ini hanyalah
serangkaian kejadian yang saya intisarikan. Sejujurnya ada kekecewaan terhadap
teman-teman pendidik saat antrian menunggu stempel paspor di imigrasi. Sempat
saya saksikan ekspresi heran dan takjub para manusia putih (julukan warga
Malaysia untuk para bule). Mereka takjub dengan teman-teman saya yang berada di
antrian. Bukan karena rapih melainkan karena berantakannya itulah para bule itu
keheranan. Sebagai koordinator saya wajib berada di garis terakhir menanti
semua teman selesai.
Luar biasa nampaknya image
brutal dan tidak tertib sangat pantas dilekatkan di jidad manusia Indonesia.
Malu rasanya ketika melihat ekspresi para bule yang terlihat sangat ga enak
saat melihat bagaimana rekan-rekan guru mengantri. Semestinya sebagai wakil
bangsa kami bisa bersikap lebih baik dan rapih.
Ada satu hal yang membuat saya penasaran ketika saya berada di KLIA.
Apakah itu? Saya sangat penasaran dengan kereta komuter super cepat yang ada di
sana. Konon di dunia ini hanya ada dua negara yang punya kereta untuk keliling
kota dengan kecepatan tinggi. Mau tau negara lain pemilik kereta ini? Silahkan
googling deh sobat. Rekan saya yang berasal dari LPTK yang sama dengan saya,
Deshanti, mengajak saya untuk naik kereta itu. Ah tapi sayang hitungan waktu
tidak memungkinkan kami menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo ungkapkan pendapat kamu...