Oleh
Wongbanyumas
Siapa
pun akan merasa terganggu jika selalu didatangi oleh orang lain yang mengadu. Tak
berbeda dengan kami para guru. Tugas utama kami adalah mengajar dan mencoba
memberikan pemahaman kepada siswa didik agar menjadi pandai. Selain itu kami
juga harus menjadi orang tua yang bisa ngemong anak-anak. Dalam keseharian saya
selama mengajar di kelas kerap kali disibukkan dengan urusan adu mengadu.
Anak-anak selalu mendatangi meja saya. Apa yang terjadi? Ya mereka mengadukan
teman-temannya. Banyak hal yang jadi bahan aduan mereka, mulai dari mengadukan
kawannya yang berucap kotor, minum di kelas, berisik, berkelahi, dll.
Apa
yang dilaporkan oleh anak-anak adalah sebuah bentuk penegakan norma pergaulan
di dalam kelas. Saya selaku guru pun menerapkan beberapa norma diantara lain:
1.
Dilarang angkat kaki dalam kelas;
2.
Tidak diperbolehkan makan dan minum dalam kelas;
3.
Dilarang cakap kotor (kasar, jorok, vulgar, ataupun porno);
4.
Tidak diperkenankan membawa mainan dalam kelas, harus dimasukkan dalam tas.
Dalam
kelas selalu terjadi hal yang kadang tidak kita inginkan. Anak-anak selalu
punya cara sendiri untuk mengekspresikan diri. Kadang mereka melakukan suatu
perbuatan yang menurut kita menyebalkan, namun buat mereka itu hanyalah usaha
menarik perhatian kami. Saya berusaha memberikan respon terbaik kepada mereka
dan kadang pun saya kerap tidak mengacuhkan mereka.
Ada
hal yang saya amati selama ini tentang aduan para siswa kepada para guru.
Pertama mereka mengadu karena melihat ada pelanggaran norma; kedua, mereka
mengadu lantaran ingin cari perhatian; ketiga, mereka mengadu karena ingin cari
sensasi; keempat, mereka mengadu atas latar ketidaksukaan terhadap person yang
mereka adukan.
Satu
hal yang jadi pedoman saya ketika menerima aduan anak-anak yakni jangan mudah
percaya. Lakukan investigasi singkat dengan menanyakan kepada sang pelapor dan
korban. Tanyakan juga kepada teman-teman yang duduk terdekat dari si terlapor.
Dari situ kita akan bisa mengambil sebuah sudut pandang dan posisi menganai
perbuatan si anak. Apakah ia dihukum atau tidak bukanlah melihat kepada
aduannya. Tetapi bagaimana kita bisa berlaku adil dan proporsional dalam
mendisiplinkan anak-anak.
Bagi
kebanyakan orang tua atau guru kerap memberikan punishmet atas dasar aduan
belaka tanpa ada penelusuran kebenaran. Tentunya punishment tanpa dasar malah
akan menimbukan luka di hati sang anak lantaran belum tentu benar dia yang
bersalah. Marilah para pendidik sekiranya dapat bertindak lebih bijak menangani
aduan anak-anak. Mari sayangi murid kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo ungkapkan pendapat kamu...