Oleh Wongbanyumas
Salah satu panganan (makanan) aseli Banyumas yang saya sukai adalah tempe mendoan. Tempe mendoan (kita sebut saja mendoan agar lebih mudah) pada dasarnya sama dengan tempe lain yang terbuat dari kedelai. Hanya saja mendoan mempunyai keunikan tersendiri, yakni cara penyajiannya. Jika kita membeli tempe goreng di tukang gorengan yang kita temui adalah tempe yang digoreng garing (kering). Mendoan tidak demikian, panganan ini disajikan dalam keadaan mendo yang artinya dalam bahasa indonesia adalah setengah matang.
Bagi
yang tidak terbiasa menyantap panganan ini biasanya langsung menuding yang
menggorengnya ga beres. Biasanya dibilang tempenya belum matang lah. Hehe inilah
keunikan mendoan.
Cara
membuat mendoan sebenarnya sangatlah mudah. Bahan yang dibutuhkan antara lain
tempe, tepung terigu, daun bawang/daun jeruk yang diiris tipis, garam, dan air.
Sebenarnya sama persis dengan bahan yang dibutuhkan untuk membuat tempe tepung
biasa. Cara mengadonkan adonan tepungnya pun sama.
Keunikan
panganan ini adalah tehnik menggorengnya yang setengah matang. Mendoan yang
lezat adalah mendoan yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Kalau terlalu
basah rasanya akan tidak enak karena banyak sekali minyaknya. Tentu saja bagi
mereka yang mempunyai gangguan kesehatan seperti kolesterol sangat berbahaya
sekali. Pun kalau terlalu kering rasanya tiada beda dengan keripiki tempe.
Saya
sempat mencicipi beberapa warung yang menjajakan mendoan hangat. Kebanyakan
pedagang tersebut buka lapak di malam hari. Setiap tempat mempunyai ciri khas
masing-masing. Namun saya sangat suka sekali mendoan dari Warung Bu Mul yang
terletak di Jalan Cenderawasih. Warung ini sebenarnya adalah warung makan nasi
rames. Untuk mendapatkan mendoan yang enak kita harus datang pagi-pagi sekali. Selain
itu juga saya menyukai mendoan Pasar Glempang yang rasanya pas sekali di lidah
saya.
Satu
hal yang menyanangkan dari Purwokerto adalah banyaknya jajanan di malam hari,
khususnya gorengan. Gorengan yang dijajakan selalu fresh fron the stove alias
dimasak ketika ada pesanan. Harga yang ditawarkan cukup murah lho. Terakhir tahun
2011 akhir saya membeli mendoan seharga delapan ratus rupiah perpotong. Saya selalu
membeli banyak ketika dulu masih ngekost. Biasanya untuk teman aktifitas di
depan laptop. Disajikan dengan kecap atau cabe rawit rasanya sungguh mantap.
Kadang
ketika saya rindu dengan Purwoketo selalu membuat mendoan sendiri. Awalnya selalu
gagal lantaran terlalu kering. Perlahan saya menemukan kuncinya untuk membuat
mendoan menjadi enak. Api harus besar dan minyaknya harus banyak. Jadi mendoan
digoreng dengan cepat sehinga lapisan luarnya agak kering tapi moist di
dalamnya. Hmm yummy banget. Sayangnya kalau biki mendoan di Jakarta selalu ga
begitu enak. Hal ini karena tempenya. Kalau di Purwokerto tempe yang digunakan
untuk mendoan ukurannya sangat lebar dan kedelainya besar dan keras.
Mendoan
memang meninggalkan sejuta kenangan di Kepala saya. Makanan ini adalah nyawa
saya ketika gak punya uang. Maklum kalau jadi anak kost di akhir bulan makan
dengan nasi putih hangat ditambah sepotong mendoan rasanya bahagia sekali. Dalam
satu hari makanan saya pasti ada mendoannya. Dan ternyata mendoan juga membekas
di hati teman-teman kuliah saya yang kini tak lagi di kota mendoan, Purwokerto.
asalamu'alaikum,,,, boleh knalan ga ?
BalasHapusWa'alaikumsalam
HapusBoleh sekali kok om :)
Mendoan The Best lah..
BalasHapuswww.tempemendoanmentah.blogspot.com
mendoan...tiada hari tanpa mendoan...jadi inget waktu kuliah dulu walau hanya 1 tahun...
BalasHapus