Pages

Muhasabah cinta


Oleh wongbanyumas

Sore itu aku menemukan tubuhku tergolek lemas tanpa daya. Tak seperti biasanya aku yang selalu enerjik dan ceria. Kepala terasa sangat pening seolah ada yang menghimpit. Sakit yang amat sangat kurasakan di kepalaku. Tekanan dalam diriku sudah tidak dapat tertahankan lagi. Detik demi detik nafasku mulai tak teratur. Keringat yang mengucur sejak tadi seolah tak peduli dengan kipas angin yang terus menghembus lembut ke kulitku. Basah seluruh tubuhku dengan peluh yang terus mengalir. Seolah mengerti apa yang aku rasakan. Waktu terus berlalu begitu cepat. Awalnya ku pikir semua kegelisahan ini akan berlalu seiring waktu. Namun apa yang ku bayangkan ternyata meleset dan kegelisahan ini semakin menjadi-jadi.

Sudah lama aku tak berhubungan denganNya. Selama ini aku hanya menyapanya tanpa pernah menghadapkan wajahku padaNya. Kerinduan yang luar biasa membuatku serasa mati rasa. Cukup lama aku tak lagi menyebut namaNya yang indah dan bermakna. Hari-hariku terlalu asyik disibukkan dengan berbagai kegiatan. Sampai aku lupa dengan kekasih hati yang selalu mengawasiku. Ketika aku menghadapNya hanyalah sebuah ritual tanpa makna yang kurasa. Hampa, kosong, sunyi, sepi bercampur aduk dalam rasa.

Allahu akbar...!!
Ku tersadar dan terhenyak dari lamunanku. Cukup lama aku melupakan Tuhan yang menciptakan aku. Begitu sombongnya aku di hadapanNya, padahal aku tak jauh lebih baik dari setitik noda. Kesadaranku mulai kembali setelah “detik-detik yang melenakan” itu terjadi. Kenikmatan dunia yang tidak seberapa ternyata membuat aku lalai darimu ya Allah.

Segera ku beranjak dari tempat peraduanku untuk membasahi tubuh nistaku dengan kesucian air wudhu. Perlahan ku basuh angota tubuhku yang selama ini terlalu banyak melakukan perbuatan nista. Tangan yang selalu jahil, mata yang selalu tak mampu menahan pandangan, mulut yang selalu salah berucap dan menyakiti, telinga yang selalu mendengar gunjingan, kaki yang tidak lagi kugunakan untuk meuju rumah ibadahMu. Kubersihkan semuanya sampai tuntas. Sajadah panjang itu pun seolah memanggilku. Sudah lama aku tidak bertelekan di atasnya.

Aku tertunduk malu dihadapanMu. Tersadar dari buaian mimpi yang selama ini membuatku terlena. Kuingat semua nikmat yang telah kau berikan tiada terbalas. Bahkan dengan pengabdian dan penghambaan padamu selama seratus tahun ku merasa tak mampu untuk membayarnya.

Begitu banyak cinta yang telah Ia berikan padaku. Tak terhitung lagi kasih sayang yang Allah berikan pada hambanya ini. Namun aku telah mendustakannya dengan jauh padaNya. Kini aku tersadar dan mencoba untuk kembali. Sesungguhnya cinta yang paling abadi hanyalah milik Allah dan Rasulnya serta kedua orang tua kita. Terlalu banyak manusia yang terlena oleh cinta semu. Ternyata cinta semu itu menjatuhkan dan menjerumuskan kita ke lubang nista. Naudzubillah...!!

Kusadari langkahku yang ternyata selama ini salah. Kubersimpuh dihadapmu ya Rabbi. Sejuta maaf dan ampun meluncur dari qolbu yang paling dalam. Merasa terjebak dengan nikmat dunia yang tidak seberapa. Malu rasanya jika aku terus berkubang di dalamnya. Beruntung dalam keadaan itu aku tersadar. Tak sampai izrail datang tuk mencerabut nyawaku dari jasad ini. Terima kasih untuk sahabat yang selalu dapat mengingatkan diriku. Thanks to Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo ungkapkan pendapat kamu...