Oleh wongbanyumas
Barrack Husein Obama, satu nama yang belakangan ini terus bergema keseluruh antero dunia. Namanya mulai dikenal ketika ia menjadi senator. Pada hari kamis tanggal 6 november obama memenangkan pemilihan presiden di Amerika. Perolehan suara Obama berhasil mengungguli saingannya yakni John mc Cain yang didampingi wapres sarah palin. Kemenangan Obama ini sudah diprediksi banyak pihak sejak masa kampanye pilpres Amerika. Sebagai pria berkulit hitam pertama yang menjadi presiden Amerika ke -44 Obama mencatatkan sejarah besar bagi bangsa kulit hitam.
Setelah berhasil memenangkan Pilpres Amerika ada banyak spekulasi yang beredar dalam masyarakat international mengenai Obama. Sebelumnya Obama diisyukan sebagai seorang muslim karena nama tengahnya yang bertajuk husein. Menghabiskan masa kecilnya di Jakarta Obama secara langsung telah mengenal jauh negeri kita, Indonesia.
Namun ada sebuah ironi ketika banyak masyarakat Indonesia yang berharap bahwa Obama akan memperhatikan Indonesia. Meskipun menghabiskan masa kecilnya di Jakarta belum tentu pikiran Obama masih ingat dengan negeri ini. Perlu diingat bahwa Obama kini bukanlah Obama sebagai personal, melainkan Obama sebagai presiden Amerika. Sebagai seorang presiden tentunya ia tidak sesenaknya merumuskan kebijakan.
Sebagian besar orang berharap bahwa kemenangan dirinya akan mempengaruhi hubungan diplomatic antara Amerika dengan Indonesia serta negara islam lain di dunia. Harapan itu memang boleh akan tetapi jangan terlalu menggantungkan harapan pada sesuatu yang tidak pasti. Semisal pun Obama masih mengingat masa kecilnya di Indonesia itu pun hanya sekedar romantisme belaka. Bukan berarti bayangan serta kenangan masa lalu akan mempengaruhi kebijakan luar negerinya.
Sebab kita pahami sendiri bahwa Amerika sedang diancam oleh krisis global yang mulai menelan Amerika beserta sistem kapitalistiknya. Seperti group music SOA bilang Amerika dengan kufuristic ideology akan hancur seiring zaman. Bahkan hal yang aneh sekalipun pemimpin negeri ini meng”iba” pada Obama agar lebih “ramah” terhadap Indonesia. Tingkah laku Yodhoyono-Kalla ini tak jauhnya mentalitas babu. Dimana selalu mengharapkan sang majikan untuk berbaik hati.
Tak dipungkiri lagi bahwa tingkat ketergantungan Indonesia terhadap Amerika sangatlah besar. Kemandirian ekonomi terutama sudah tidak dimiliki lagi oleh Negara kita. Setiap ada peristiw di wall street akan mempengaruhi perekonomian Negara ini. Mungkin kini yudhoyono sudah merasa ditinggalkan tuannya (Bush) yang hampir mengakhiri masa jabatannya. SBY adalah peliharaan Amerika, sepintas ungkapan itu berkelebat dalam benak saya. Hal tersebut dibuktikan ketika SBY menyatakan bahwa “America is my second country”. Naudzubillah mengaku mencintai Amerika lebih dari rakyat Indonesia yang kelaparan.
Sudahlah mari hentikan harapan kita yang terlalu besar pada Obama. Biarkan Obama mengurus negerinya. Momentum pergantian presiden AS hendknya menjadi batu loncatan untuk memulai hubungan diplomatic yang baru. Memperlakukan Negara lain secara sejajar dan sebagai mitra bukan sebagai subordinat dari Negara lain.
Harapan itu masih ada kawan.
Barrack Husein Obama, satu nama yang belakangan ini terus bergema keseluruh antero dunia. Namanya mulai dikenal ketika ia menjadi senator. Pada hari kamis tanggal 6 november obama memenangkan pemilihan presiden di Amerika. Perolehan suara Obama berhasil mengungguli saingannya yakni John mc Cain yang didampingi wapres sarah palin. Kemenangan Obama ini sudah diprediksi banyak pihak sejak masa kampanye pilpres Amerika. Sebagai pria berkulit hitam pertama yang menjadi presiden Amerika ke -44 Obama mencatatkan sejarah besar bagi bangsa kulit hitam.
Setelah berhasil memenangkan Pilpres Amerika ada banyak spekulasi yang beredar dalam masyarakat international mengenai Obama. Sebelumnya Obama diisyukan sebagai seorang muslim karena nama tengahnya yang bertajuk husein. Menghabiskan masa kecilnya di Jakarta Obama secara langsung telah mengenal jauh negeri kita, Indonesia.
Namun ada sebuah ironi ketika banyak masyarakat Indonesia yang berharap bahwa Obama akan memperhatikan Indonesia. Meskipun menghabiskan masa kecilnya di Jakarta belum tentu pikiran Obama masih ingat dengan negeri ini. Perlu diingat bahwa Obama kini bukanlah Obama sebagai personal, melainkan Obama sebagai presiden Amerika. Sebagai seorang presiden tentunya ia tidak sesenaknya merumuskan kebijakan.
Sebagian besar orang berharap bahwa kemenangan dirinya akan mempengaruhi hubungan diplomatic antara Amerika dengan Indonesia serta negara islam lain di dunia. Harapan itu memang boleh akan tetapi jangan terlalu menggantungkan harapan pada sesuatu yang tidak pasti. Semisal pun Obama masih mengingat masa kecilnya di Indonesia itu pun hanya sekedar romantisme belaka. Bukan berarti bayangan serta kenangan masa lalu akan mempengaruhi kebijakan luar negerinya.
Sebab kita pahami sendiri bahwa Amerika sedang diancam oleh krisis global yang mulai menelan Amerika beserta sistem kapitalistiknya. Seperti group music SOA bilang Amerika dengan kufuristic ideology akan hancur seiring zaman. Bahkan hal yang aneh sekalipun pemimpin negeri ini meng”iba” pada Obama agar lebih “ramah” terhadap Indonesia. Tingkah laku Yodhoyono-Kalla ini tak jauhnya mentalitas babu. Dimana selalu mengharapkan sang majikan untuk berbaik hati.
Tak dipungkiri lagi bahwa tingkat ketergantungan Indonesia terhadap Amerika sangatlah besar. Kemandirian ekonomi terutama sudah tidak dimiliki lagi oleh Negara kita. Setiap ada peristiw di wall street akan mempengaruhi perekonomian Negara ini. Mungkin kini yudhoyono sudah merasa ditinggalkan tuannya (Bush) yang hampir mengakhiri masa jabatannya. SBY adalah peliharaan Amerika, sepintas ungkapan itu berkelebat dalam benak saya. Hal tersebut dibuktikan ketika SBY menyatakan bahwa “America is my second country”. Naudzubillah mengaku mencintai Amerika lebih dari rakyat Indonesia yang kelaparan.
Sudahlah mari hentikan harapan kita yang terlalu besar pada Obama. Biarkan Obama mengurus negerinya. Momentum pergantian presiden AS hendknya menjadi batu loncatan untuk memulai hubungan diplomatic yang baru. Memperlakukan Negara lain secara sejajar dan sebagai mitra bukan sebagai subordinat dari Negara lain.
Harapan itu masih ada kawan.
betul boi!!
BalasHapusjangan terlalu banyak berharap. lha wong ngurusin negaranya sendiri aja die bakalan ribet, eh ngarepin bakalan mikirin endonesah. mendingan kite pade terus usahe biar negare kite ini maju. lagian apa iye cuman gare-gare pernah tinggal di endonesah waktu kecil (cuma bentaran lagi)die bakalan meratiin endonesah? kayanye kaga juga dah.
yah begitulah indonesia yang cuma bisa ngarepin belas kasihan orng asing.
BalasHapusmental jajahan kok dipeliara..yakin dung kalo luar negeri sono tuh ga mesti lebih baek..iye ga boi!!
BalasHapusHaha..
BalasHapusMarak Obaba or Barak Obama?yang jelas keduanya ada..
yg pertama ada di kelas kita..
sedangkan yang kedua presiden ke44 amerika..
Memang benar,kadangkala romantisme masa lalu selalu digali untuk dijadikan alasan membina hubungan masa lalu..
Mengingat ambruknya ambruknya perekonomian amerika serikat karena hancurnya bisnis properti yang imbasnya secara global menggelontor ke seluruh dunia dapat juga dijadikan alasan kenapa Barack Obama tidak perlu menjadi pusing untuk mengurus Indonesia.Banyak hal penting yang seharusnya menjadi perhatian Obama,penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak misalnya.
Euforia Obama juga dijadikan lelucon bagi orang yang tersihir karisma obama. Sebut saja artis dangdut mantan suami DP,yakni SJ,yang mau2 bernapak tilas mengunjungi SD di kawasan Menteng.
Mengapa mesti bersusah payah?Dasar orang Indonesia yang mungkin percaya bisa ketularan tahayul lewat napak tilas biar sama-sama jadi kepala daerah,atau kepala negara mungkin yaa..
Yang jelas,patut dicontoh adalah bentuk perjuangan Obama yang sangat inspirasional..
Kita lihat saja..