Pages

Romadon bukan waktunya bersantai

Oleh wongbanyumas

Romadhon adalah bulan mulia bagi ummat islam. Setiap tahunnya ummat islam melaksanakan ibadah puasa (shaum) di bulan Romadhon. Di bulan ini Allah memberikan kesempatan bagi kita untuk banyak melakukan ibadah. Kesempatan yang diberikan Allah ini hendaknya kita manfaatkan dengan baik. Nantinya jangan sampai terjadi penyesalan di akhir Romadhon. Jangan sampai kualitas maupun kuantitas ibadah kita mengalami penurunan. Ibadah disini tidak hanya diartikan sebagai ibadah mahdhoh tetapi juga ibadah ghairu mahdhoh. Tidak melulu ibadah seperti sholat, tahajjud, ataupun sodaqoh tetapi ibadah seperti belajar (tolabul ‘ilmi), senyum, dan ibadah sosial yang lain harus ditingkatkan.

Hal yang paling menyenangkan ketika ibadah di bulan Romadhon adalah nilai pahala kita dilipatgandakan oleh Allah. Ibadah-ibadah sunnah pun akan dinilai setara dengan ibadah wajib, dan ibadah wajib nilainya dilipatgandakan berkali-kali lipat. Dalam sebuah Hadits dikatakan bahwa tidurnya orang yang berpuasa bernilai ibadah. Kebanyakan orang indonesia menjadikan hadits ini sebagai dalih untuk melegalakan tindakan kemalasan. Seringkali kita melihat orang yang selama Romadhon menghabiskan waktu di masjid. Bukan untuk beri’tikaf tetapi untuk tidur saja. Dan ketika ditanya mereka hanya menjawab dengan enteng “saya lagi ibadah mas. Tidurnya orang puasa kan ibadah”.

Lucu, konyol, sedih, kesal bercampur dalam hati melihat polah tingkah mereka. Memang ibadah kita ketika sedang berpuasa di bulan Ramadhan dinilai sebagai ibadah. Namun ada hal yang patut digaris bawahi bersama bahwa ada kata “dinilai” ibadah. Tidurpun yang selama ini tidak diperhitungkan di bulan ini mempunyai nilai strategis. Saya melihat ada kecacatan dalam berfikir mengenai tidur. Cobalah untuk merubah pandangan kita. Dalam pikiran saya selalu mempertanyakan “tidur saja dianggap ibadah, lalu ibadah seperti sholat nilainya seperti apa?”.

Kebanyakan orang tidak memahami substansi hadits tersebut. Tidurpun yang menurut sebagian besar ulama adalah kegiatan para ahli neraka dianggap sebagai ibadah. Disini terlihat ada upaya untuk memotivasi ummat untuk berbuat lebih dalam bulan Romadhon ini. Bayangkan ibadah-ibadah lain seperti sholat lima waktu, tarawih, tadarus, tahfidz, ataupun dzikir. Berapa besar nilai kebaikan dan pahala yang ada jika kita mengamalkan ibadah seperti itu? Luar biasa, Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda buat untuk orang yang melakukan “ritual penyembahan” pada Allah dengan hati yang tulus ikhlas.

Bayangkan betapa banyak pahala dan kebaikan yang dapat kita himpun di Romadon ini. Betapa banyak cadangan pahala kita nantinya. Apalagi ada malam lailatul qodar, yang mana nilai perbuatan kita dimalam itu akan dilipatgandakan oleh Allah lebih dari seribu bulan atau delapan puluh tiga tahun.

Agak mengherankan melihat polah tingkah laku manusia indonesia. Justru Romadhon dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Lihatlah para PNS yang ngaret ke kantor. Sesampainya di kantor mereka justru bersantai ria dengan ngerumpi dan asyik membaca koran. Sekali lagi dengan dalih meraka berpuasa, untuk melegalkan aktivitas mereka. Sungguh perbuatan yang bertentangan dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW dan para sahabat yang berperang ketika mereka sedang shaum. Jadi berpuasa bukanlah alasan untuk mengurangi frekuensi aktivitas kita. Justru seharusnya merangsang kita untuk beraktivitas lebih karena tiap perbuatan kita akan dinilai sebagai sebuah ibadah.

Marilah hendaknya kita manfaatkan kesempatan kita di tahun ini. Nantinya jangan sampai timbul penyesalan akibat perbuatan kita yang tidak mampu memanfaatkan momentum Romadhon dengan baik. Berfikirlah bahwa ini adalah kesempatan terakhir kita. Belum tentu di tahun yang akan mendatang kita akan menjumpai bulan penuh rahmat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo ungkapkan pendapat kamu...