Pages

Mahasiswa baru, harapan baru atau kekecewaan baru

Oleh wongbanyumas

Semester ganjil ahirnya datang. Pertengahan tahun ini adalah waktu yang dinanti banyak orang di kampusku. Penghujung tahun akademik merupakan moment yang sering ditunggu oleh para mahasiswa. Pembagian KHS (kartu hasil studi) semester ini sangat mendebarkan. Karena semester ini adalah tahun keduaku di kampus. Tak terasa empat semester kulalui bersama kawan-kawan yang tetap setia berjuang bersama. Meskipun ada beberapa kawan yang ahirnya menyerah pada kenyataan.

Tahun baru, harapan baru. Begitu kata orang jika menghadapi penghujung tahun. Begitupun kami para mahasiswa yang juga mempunyai pengharapan di tahun akademik yang baru. Awal tahun akademik berarti akan hadir kawan baru bagi kami. Ya kedatangan mahasiswa baru adalah hal yang dinantikan oleh kami para mahasiswa (lama). Sebagian teman berceletuk ringan “wah ntar mahasiswa baru di kampus kita cantik-cantik gak ya? Jadi gak sabar nih.”. lucu juga mendengar pernyataan spontan seperti itu. Seakan ada pengharapan yang sangat besar dengan kedatangan mahasiswa baru.

“Tahun ajaran baru tampilan juga harus baru biar dapet pacar baru!!”tukas salah satu kawan. Tidak salah jika mereka mengharapkan hal demikian. Hal itu adalah hal yang wajar buat manusia yang memang ditakdirkan oleh Allah SWT untuk saling berpasangan. Keanehan terjadi di kampus merahku, setiap tahunnya ada “progresifitas” tampilan para mahasiswa baru. Semakin kesini penampilan mereka makin berani. Berani mengeksplorasi tubuh dan wajahnya untuk memuaskan pandangan syahwat kaum adam. Berani pula menerima siksa api neraka karena tidak menutup auratnya. Tiap tahun mahasiswa semakin trendy, modis, dan gaul gitu loh.

Justru yang mengherankan di balik progresifitas tersebut terjadi degradasi dalam hal kemampuan akademik dan sensitifitas sosial. Hal yang wajar ketika ternyata sebagian besar mahasiswa yang berpenampilan modis itu berasal dari jalur penerimaan SPMB lokal, atau yang di universitas lain dikenal dengan ujian mandiri (UM). Bukan maksud untuk merendahkan kawan-kawan dan menggeneralisir mahasiswa yang masuk lewat jalur lokal. Tapi mendasarkan pada pengamatan saya selama dua tahun saya menangkap fenomena bahwa etos kerja dan mental mereka rapuh. Terlalu dimanjakan oleh fasilitas, seperti mereka yang dimanjakan dengan kemudahan mengakses pendidikan tinggi karena kemampuan finansial.

Bagi aktivis kampus tahun akademik baru juga menghadirkan secercah harapan. Harapan akan kader yang militan dan solid juga memiliki kemampuan manajemen organisasi yang baik. Harapan akan adanya penerus gerakan mereka baik di UKM, ORMAS, LSM, maupun organisasi lainnya. Organisasi membutuhkan regenerasi dan pembaharuan yang dilakukan oleh golongan muda. Sesuai dengan hukum ketidakabadian, bahwa yang muda akan menjadi tua. Begitupula dengan para mahasiswa yang secara perlahan mulai sibuk dengan skripsinya. Sehingga dibutuhkan orang-orang baru yang fresh. Menjadi batubara yang menyalakan kobaran api sehingga roda organisasi terus berjalan.

Harapan itu kandas ketika ternyata kenyatan yang dihadapi tidak sesuai dengan ide dan mimpi. Rupanya memang pengaruh kapitalisasi disegala bidang, termasuk bidang pendidikan. Ternyata mempengaruhi pola pikir generasi muda sekarang. Lihatlat kini gairah kehidupan dan nuansa akademis di kampus mulai meredup. Sekre yang jadi markas kaum intelektual mulai sepi dan di tinggalkan. Kini intelektual muda lebih memilih cafe, warnet, atau bahkan diskotik sebagai tempat nongkrong. Ketidakpedulian kini menjadi hal yang lumrah di kampusku. Lihatlah bagaimana sikap wakil mahasiswa yang menolak ajakan untuk menyerukan penolakan terhadap kenaikan BBM. Mengaku wakil mahasiswa tetapi tidak punya sensitifitas terhadap keadaan kekinian. Justru mereka asyik dengan kegiatan yang lebih banyak mudhorot. Malu rasanya jika mengaku mahasiswa tapi sikap kita tidak menggambarkan identitas diri kita sebagai seorang mahasiswa.

Harapan lahir ketika kita mengharapkan sesuatu yang lebih baik ke depannya nanti. Harapan adalah doa seseorang terhadap masa depan. Harapan adalah impian untuk menemukan kebahagiaan.

Harapan akan prestasi yang lebih baik pasti ada dalam benak semua mahasiswa. Pencanangan target yang IP mencapai Cum laude, atau paling tidak mendapatkan IP di atas 3,00. Target agar selalu mendapatkan yang terbaik dalam setiap mata kuliah. Berusaha untuk tidak mengulang kesalahan yang telah diperbuat di semestr sebelumnya terus menggelayuti pikiran kami.

Namun harapan itu akan berubah pahit ketika ternyata hasil yang kami peroleh jauh dari prediksi. Kesedihan dan kepedihan serasa menusuk kencang dalam dada. Semangat yang membuncah kini hanya tinggal puing belaka. Tetapi jangan pernah sekalipun menyerah pada kenyataan hidup. Hidup harus dilalui dengan semangat. Sebab Allah Swt tidak akan merubah nasib kita jika bukan kita sendiri yang berusaha untuk merubahnya. Maka semangatlah dalam menghadapi hidup!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo ungkapkan pendapat kamu...