Oleh Wongbanyumas
Perayaan Valentine Day pada dasarnya merupakan sebuah perayaan keagamaan bagi penganut Katolik. Sejarah awal Valentine's Day bermula pada abad ke-3 M, di mana berkuasa seorang raja Romawi bernama Claudus II Ghoticus. Dengan kekuasaannya, dia menghukum pancung seorang pendeta bernama Santo Valentine pada tanggal 14 Februari 269 M.
Pihak kerajaan melarang para pemuda yang hendak dikirimkan ke medan perang untuk menikah. Santo Valentine dihukum pancung lantaran menikahkan seorang remaja (prajurit) muda yang tengah menjalin cinta kasih, sehingga dianggap telah menentang ketentuan kerajaan. Alasan ketentuannya, karena prajurit kerajaan yang belum menikah dianggap memiliki ketangguhan yang luar biasa di medan perang.
Bagi pihak gereja, tindakan Santo Valentine tersebut dianggap benar karena telah melindungi orang yang menjalin cinta, sehingga dia dinobatkan sebagai pahlawan kasih sayang. Sehingga, tercatatlah dalam sejarah bahwa setiap tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari kasih sayang bagi umat Kristiani.
Salah seorang teman saya mengeluhkan soal perayaan Valentine Days. Beliau adalah seorang katolik yang religius. Kehidupannya selalu diwarnai dengan ayat-ayat dari alkitab. Pada suatu hari dia berkata di laman facebooknya. Munkin sedikit skrinsut ini bisa bicara lebih banyak soal sikap protesnya.
Perlahan sejarah berubah. Kita bisa melihat kondisi kekinian di sekitar kita. Kini perayaan valentine day tidak hanya dirayakan oleh orang Katolik. Di indonesia bahkan banyak remaja muslim yang ikut-ikutan merayakan hari valentine. Padahal kalau kita lihat sejak awal perayaan hari ini bukanlah untuk orang islam. Perayaan ini khusus hanya untuk orang kristen, khususnya katolik.
Kalau dulu perayaan valentine tidak begitu ramai dan gegap gempita. Sekarang kita bisa lihat di televisi, mall, dan pusat perbelanjaan ramai dengan segala macam pernak-pernik perayaan valentin. Semua dimanfaatkan oleh kepentingan para pengusaha dan bisnisman. Sebuah ritual agama tertentu dijadikan momentum mencari uang dengan melibatkan ummat agama lain untuk merayakannya.
Valentine’s Day pada dasarnya merupakan warisan budaya Romawi kuno, yaitu upacara pemujaan dan penyembahan kepada dua Dewa besar, Leparcus (dewa kesuburan) dan Dewa faunus (dewa alam semesta).
Upacara tersebut dirayakan tepatnya pada tanggal 15 Februari, masa kekuasaan Kaisar Kontantine (280-337M). Dalam upacara tersebut, dia memberikan kesempatan kepada para remaja wanita untuk menyampaikan pesan cintanya kepada pria pujaannya. Kemudian, para remaja pria akan menerima pesan-pesan cinta tersebut. Mereka berpasang-pasangan, bernyanyi bersama, berdansa dan biasanya diakhiri dengan perbuatan amoral (coitus).
Namun, pada abad ke-5 M, tepatnya tahun 494 M, oleh Paus Glasium I, upacara penyucian ini kemudian ditetapkan sebagai peringatan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day). Tanggal peringatan pun diubah menjadi setiap 14 Februari, yaitu tanggal dihukumnya pendeta Santo Valentine. Sehingga, Paus Glassium I dikenal sebagai pelopor peringatan Valentine’s Day.